Pendidikan Seks Untuk Anak Autis
Pendidikan seks terhadap anak autis ternyata tetap harus dilakukan. Tujuannya agar mereka mengetahui fungsi bagian tubuhnya. Meski harus terus berulang mengenalkan pendidikan seks, alangkah baiknya dilakukan sejak awal daripada terlambat.Wa Ode Pili, 42, seorang ibu dari anak autis berusia 15 tahun, mengakui dia tidak mengenalkan pendidikan seks sejak dini. Akibatnya, sang anak yang bernama Seno ini kerap memegang alat vitalnya di depan umum, bahkan sering juga dia meraba bagian tubuh sensitif orang lain secara tiba-tiba.
”Dia sering sekali memegang dada sang terapisnya saat melakukan terapi,” ujar Wa Ode Pili. Wa Ode Pili mengatakan bahwa hal itu sudah terjadi sejak La Ode Bolong beranjak umur 10 tahun. Saat dilarang melakukan hal tersebut, dia akan mengamuk sejadi-jadinya. Hal itu yang mengakibatkan Seno jarang dibawa ke tempat-tempat umum seperti mal, karena takut terjadi halhal yang tidak diinginkan oleh La Ode Bolong.
”Bolong seperti tersinggung saat dilarang,” ucapnya.
Sejak kejadian itu, Wa Ode Pili mulai memperkenalkan pendidikan seks kepada anaknya, dimulai dari mengenalkan anggota tubuh yang sensitif. Walaupun belum menghentikan kebiasaan tersebut, Seno kini sedikit mengerti bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan tidak baik.
Sebaiknya anak tetap diberikan pendidikan seks sejak dini. Sebab, pendidikan seks bukanlah melulu berbicara tentang hubungan suami-istri.
Darwin menjelaskan, seks merupakan sesuatu yang alamiah. Pada anak autis, masa puber terkadang datang lebih awal atau justru kadang datang lebih lambat. Dalam masa puber inilah terjadi perubahan hormonal yang berdampak pada anak yang mengalaminya. Baik anak perempuan maupun laki-laki, bisa juga mengalami perubahan fisik saat mengalami puber.
”Pendidikan seks memang jarang sekali diajarkan pada anak autis, mungkin salah satu penyebabnya karena keterbatasan orang tua tentang apa saja yang harus dipelajari anak tentang seks,” ungkapnya.
Dini menyebutkan, beberapa masalah yang sering muncul dan dilakukan anak autis di antaranya kebiasaan memegang kemaluannya, memperhatikan bagian privat tubuh orang lain, yang kemudian menyentuhnya.
“Tak perlu kaget jika anak masturbasi karena itu dorongan naluri. Yang penting, ajarkan anak agar tidak melakukannya di sembarang tempat,” tandas Dini. Ajarkan anak untuk memahami privasi dan bagian-bagian tubuh mereka sendiri, agar kejadian yang sering dilakukan anak semisal memandang bagian tubuh sensitif orang lain serta menyentuhnya, tidak lagi dilakukan anak. Dan yang terpenting, sebaiknya tidak banyak menasihati secara verbal kepada anak autis, karena hal tersebut tidak diproses dalam otaknya. Umumnya, anak autis lebih menyerap sesuatu secara visual.
Posting Komentar
Anda Melangkah dengan pasti, semoga sukses dan bahagia....